Masalah Kebakhilan dan Infak

Tafsir Surah An-Nisa' (37-39)


Islam sangat mencela sifat bakhil dan orang yang memiliki sifat itu. Tidak sedikit ayat Al_Qur'an dan hadits Nabi yang menegaskan hal itu. Sebaliknya orang yang pemurah dan suka menafkahkan hartanya di jalan Allah sangat dipuji dalam Islam. Namun tidak semua perbuatan menginfakkan harta itu terpuji. Ada pula yang tercela, yakni bila ia melakukannya karena riya' dan ingin dipuji. Hal-hal itu adalah sebagian dari kandungan ayat 37 sampai 39 dari surah An-Nisa' yang akan kita kaji berikut ini. Marilah kita memperhatikan ayat-ayat tersebut dan kita simak pula penafsirannya disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Allah SWT berfirman, yang artinya:

الّذين يبخلون ويأمرون النّاس بالبخل ويكتمون ما آتاهم الله من فضله وأعتدن للكافرين عذابا مهينا. والّذين ينفقون أموالهم رئآء النّاس 
ولا يؤمنون بالله ولا باليوم الآخر ومن يكن الشيطان له قرينا فسآء قرينا. وماذا عليهم لو آمنوا بالله واليوم الآخر وأنفقوا ممّا رزقهم الله وكان الله بهم عليما

"Orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang-orang berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka, dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya' kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari akhir (hari kiamat). Brang siapa mengambil syaitan itu menjadi temannya, syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. Apa kemudhoratannya bagi mereka kalau mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir (hari kiamat) dan menafkahkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka".

Allah berfirman dalam rangka mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan yang telah diperintahkan Allah, seperti untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat karib, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh,, ibnu sabil, dan hamba sahaya. Mereka pun tidak mengeluarkan hak Allah yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh orang lain berbuat bakhil. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Adakah penyakit yang lebih ganas dari bakhil?"

Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka." Orang bakhil adalah orang yang benar-benar mengingkari nikmat Allah. Nikmat Allah itu tidak tampak pada dirinya, juga pada pakaian, makanan, atau pemberiannya. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan firman-Nya yang artinya, "Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan." Al-Kufr artinya "menutupi". Jadi, orang bakhil ialah yang menutupi dan menyembunyikan nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Di dalam hadits dikatakan, "Sesungguhnya Allah, jika memberikan nikmat kepada seorang hamba, Dia suka bila bekas nikmat itu tampak padanya."

Nyata dari ayat di atas bahwa konteksnya adalah mengenai bakhil harta, meskipun bakhil terhadap ilmu pengetahuan tentu lebih mencakup lagi ke dalam ayat itu. Namun konteksnya adalah menginfakkan harta kepada kerabat dan orang-orang lemah. Demikian pula ayat sesudahnya, yaitu yang artinya, "Orang-orang yang menginfakkan hartanya karena ingin dilihat oleh orang lain." Pada ayat sebelumnya Allah mencela orang-orang yang tidak memberi, yakni orang-orang bakhil. Kemudian Allah menyebut orang-orang yang memberikan harta karena ingin dilihat oleh orang dan ingin populer serta ingin dipuji sebagai orang yang dermawan, bukan karena Allah.

Dalam sebuah hadits dikatakan, Rasulullah SAW ditanya ihwal Abdullah Jud'an, apakah infak dan perbuatannya memerdekakan hamba sahaya bermanfaat baginya? Nabi menjawab, "Tidak, seseungguhnya ia tak pernah sehari pun mengucapkannya, 'Ya Tuhanku, ampunilah aku atas kesalahanku, pada hari Kiamat." Oleh karena itu, Allah berfirman yang artinya, "Dan tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari Kiamat." Yakni, sebenarnya yang mendorong mereka berbuat buruk dan memalingkan mereka dari perbuatan taat sesuai yang semestinya adalah syaitan. Dia senantiasa membujuk dan membisiki mereka sehingga perbuatan buruk pun menjadi kelihatan baik. Oleh karena itu, Allah berfirman yang artinya, "Barang siapa yang menjadikan syaitan sebagai temannya, dia adalah seburuk-buruk teman."

Kemudia Allah berfirman yang artinya, "Apa yang memudhoratkan mereka jika mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta menginfakkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah kepada mereka?" Yakni, apa yang memudhoratkan mereka jika mereka beriman kepada Allah, menempuh jalan yang terpuji, berpaling dari riya' kepada ikhlas, beriman kepada Allah lantaran mengharap apa yang dijanjikan-Nya di akhirat bagi orang yang beramal baik, dan menginfakkan hartanya pada berbagai jalan yang dicintai dan diridhoi Allah?

Sedangkan firman Allah yang artinya, "Adalah Allah Maha Mengetahui ihwal mereka" yakni Dia mengetahui baik -buruknya niat mereka; siapa yang berhak mendapatkan taufik, lalu Dia menunjukkan dan memberitahukan petunjuk-Nya sehingga dia pun beramal sholeh yang diridhoi-Nya, dan siapa yang ditelantarkan dan diusir dari sisi-Nya Yang Maha Mulia, sehingga merugilah di dunia dan akhiratnya. Na'udzu billah.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment