Dhirar bin Khaththab Panglima Perang Muslim Berperasaan Halus


Dhirar bin Khaththab - Adalah salah seorang panglima perang muslimin, selain jago perang, ia juga seorang penyair handal. Baginya, kemenangan tak mesti disertai  dengan penghancuran,tapi lebih utama kedamaian.

Perang dibukit uhud adalah perang yang paling dahsyat dalam sejarah dakwah islam. Dalam perang ini Rasulullah mengalami luka-luka. Kemenangan yang sudah di depan mata berubah menjadi derita ketika pasikan islam lebih tertarik pada harta rampasan perang dibandingkan taat kepada perintag Rasulullah SAW.

tapi ada satu kejadian menarik dan bersifat pribadi di dalam perang ini, yaitu ketika dua orang kakak-beradik yang saling bermusuhan, Umar bin Khaththab di pihak tentara muslim, dan kakaknya, Dhirar bin Khaththab di pihak musyrikin. Dalam Perang Uhud Drirar bahkan sempat berhadap-hadapan dengan Umar, siap untuk saling mengenyahkan.

Namun, meski tombak telah siap lempar di tangan Dhirar,  ia tak segera melontarkan tombaknya itu kepada Umar, melaikan berkata dengan suara parau menahan gejolak rasa, "Selamatkan dirimu, Umar, aku tidak akan membunuhmu." Agaknya, kecintaannya kepada Umar mampu mengalahkan kebenciannya karna perbedaan keyakinan.

Seperti halnya Umar, Dhirar juga jagoan Quraisy di masa jahiliyah. Ia dijuluki si pemberani dalam barisan pasukan berkuda suku Quraisy. Berbeda dengan Umar, yang dikenal bengal, kasar, dan kejam, Dhirar seorang yang berperasaan halus, karena ia juga seorang penyair. Bahkan salah satu penyair terfasih dan diandalkan di zamannya. Ketika terjadi perang badar, dia memerangi kaum muslimin dengan sengit, disamping juga melantunkan syair kepedihan meratapi kematian orang-orang Quraisy yang terbunuh dalam perang tersebut.

Dhirar juga tercatat sebagai salah satu dari lima orang tentara Quraisy yang berhasil menembus parit pasukan muslimin dalam Perang Parit (Khandaq) yang digagas oleh Salman Al-Farisi. Yang lainnya adalah Ikrimah bin Abu Jahal, Hurairah bin Abi Wahab, Amru bin Wud, dan Naufal bin Abdullah.

Namun keberhasilah itu tidah membuahkan apa-apa, malah kaum musyrikin akhirnya kalah oleh faktor alam, meski telah mengepung Rasulullah dan Sahabat-sahabatnya selama berbulan-bulan ditengah gurun pasir. Mereka disapu badai gurun yang digerakkan dari langit hingga lari kocar-kacir tak karuan.

Seperti halnya Ikrimah Dhirar akhirnya juga masuk islam, meski tidak berbarengan. Kalau Ikrimah masuk islam setelah Pembebasan Makkah atau Fathu Makkah pada tahu 10H, Dhirar masuk Islam tepat ketika terjadi peristiwa tersebut. Ia bergabung dengan barisan Quraisy yang berbondong-bondong masuk Islam.

Suatu ketika, kepada Abu Bakar, Dhirar pernah mengungkapkan perasaan hatinya bahwa sesungguhnya orang Quraisy lebih baik, karena,"Mereka berhasil memasukkan orang-orang ke surga sementara kalian memasukkan orang-orang Quraisy ke dalam neraka." ini menunjukkan kecerdikannya bahwa surga diperuntukkan bagi oranng-orang yang beriman., sementara neraka bagi orang-rang kafir.

Ia sebenarnya juga tidak ingin jumawa terhadap keberhasilannya dalam Perang Uhud. Kepada orang-orang An-shar, Dhirar pernah mengungkapkan perasaan hatinya,"Yang jelas saya berhasil menikahkan sebelas orang kalian dengan para bidadari." Maksudnya, ia berhasil membunuh orang An-shar dalam perang tersebut. Diyakini bahwa korban tersebut adalah para syuhada dan pada gilirannya akan dinikahkan oleh Allah di surga kelak.

Sejarah mencatat, justru dalam Perang Uhud inilah kaum muslimin mengalami kekalahan telak, termasuk gugurnya Hamzah bin Abdul Muthalib. Paman Nabi Muhammad SAW, sekaligus teman bermain dan pendukung utamanya dalam penyebaran agama Islam. Mereka berdua sebaya usianya.

Persembahan untuk Islam

Dhirar adalah pemimpin kaum Fahri. Posisinya itu telah memberikan kelebihan secara otomatis, yaitu seperampat harta kaum itu menjadi bagiannya. Ia sendiri sebenarnya memiliki kepribadian yang cenderung melindungi yang lemah, semangat juang yang tinggi, cerdik, dan tak pernah ingkar janji.

Semua kelebihannya itu juga ia persembahkan ketika sudah masuk Islam. Pengalaman dan kecerdasannya dibidang militer ia terapkan untuk melumpuhkan gerakan musuh-musuh Islam. Pendeknya, Islam telah menghapus semua masa lalu Dhirar. Kecintaannya kepada agama Islam ditunjukkannya dalam Perang Yamamah. Ia seolah ingin menebus dosa masa lalunya. Di bawah komando Khalid bin Walid, Ia ikut menumpas kaum murtad dan pengikut nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab atau disebut Musailamah si pembohong.

Setelah itu ia dikirim ke Irak, ikut melakukan pengepungan Istana Gharriyyin di hari pembebasan kota Hirah.

Masih dibawah komando Khalid, dari Irak ia mengikuti pasukan itu yang dikirim ke Syam (Syria). Selama perjalanan dari Irak ke Syam, ia ikut ambil bagian dalam setiap peperangan yang dilakukan kaum muslimin. Ia juga menyaksikan pembebasan kita Syam di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Dhirar bahkan terlibat dalam Perang yarmuk.

Dari Syam, pasukan muslimin dibawah pimpinan Hasyim bin Utbah Az-Zuhri ditarik kembali ke Irak untuk diperbantukan dalam Perang Qadisyah, dimana tentara muslimin dihadapkan dengan tentara persia lagi. Dalam perang ini kaum muslimin berhasil membebaskan kota Madain.

Jatuhnya Madain membuat raja Persia makin marah kepada Islam. Dia segera menyiapkan tentara secara besar-besaranyang dipusatkan di Masibdzan dan menyerahkan komando kepada Adhin bin Hurmuzan. Gerakan ini bisa dimonitor oleh Saad bin Abi Waqqas, komandan pasukan Islam di Pesia. Saad segera menuliskan surat kepada Khalifah Umar, melapor hal itu, dan mohon dikirim bantuan.

Umar merespon hal tersebut dengan baik dan memerintahkan Saad mengangkat Dhirar menjadi panglima. Itu terungkap dalam surat balasan Saad bin Abi Waqqas."Tugasi Dhirar bin Khaththab untuk menjadi panglima pasukan. Tempatkan Hudzail Al-Asadi pada posisi komandan penyerangan. Untuk posisi sayap, tempatkan Abdullah bin Wahib Ar-Rasibi dan Mudharib Al-Ajali," perintah umar dari Madinah.

Dalam perang ini tentara Persia dilumpuhkan, dan lari tunggang langgang. Dhirar berhasil menangkap komandan mereka, Adhin bin Hurmuzan. Meski demikian, Dhirar tidak menghancurkan Persia, melainkan justru menawarkan perdamaian, sehingga kawasan itu menjadi aman kembali. Setelah Saad dipromosikan ke Kufah, posisi Saad digantikan oleh Dhirar.

Tidak tercatat kapan pahlawan penyair yang halus perasaannya ini wafat.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment