Kisah Perang Salib | Allah Menolong Kaum Muslimin Mesir


Bala tentara kaum muslimin di Mesir sangatlah tangguh. Karena itulah, kaum Salib ingin mematahkan barisan belakang pasukan umat Islam itu, sebelum beradu di front depan, yaitu menguasai Baitul Maqdis.


Perang Salib V (1218-1221) diputuskan dalam Konsili Lateran keempat. Perang dicetuskan atas anjuran Paus Innocent III (1198-1216), yang tidak ingin gagasan tentara Perang Salib itu akan lenyap begitu saja. Sedangkan sasarannya adalah merebut Mesir, yang akan dijadikan batu loncatan dalam serangan terhadap Palestina, guna merebut Kota Suci Yerusalem. Kegagalan kaum nasrani selama ini disebabkan bala bantuan pihak Islam cepat datang dari Mesir.

Namun sebelum masuk dalam kancah peperangan, kita simak dulu kisah pasca-pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayubbi, yang memerintah kesultanan Emirat Al-Ayyubiyah (1171-1260). Sultan penakluk tiga penguasa Eropa itu digantikan putranya, Al-Aziz (1193-1198), kemudian Al-Manshur (1198-1199), dan akhirnya digantikan oleh saudara Shalahuddin yang bernama Tauran Syah (1199-1218) yang bergelar Al-Adil Saifuddin. Pergantian para penguasa Emirat Al-Ayyubi yang begitu cepat membuat Paus Innocent III menganggap ada ketidak stabilan pemerintahan Islam itu. Lalu dia mengambil kesempatan untuk memprovokasi para penguasa Eropa agar memulai Perang Salib V.

Pada tahun 1215 diangkatlah Kaisar Frederick II dari Jerman untuk menjadi kaisar Holy Roman Empire, dengan syarat dia bersedia memimpin angkatan perang Salib untuk tujuan-tujuan keagamaan. Meski sudah terlanjur bersumpah, dia tidak mau tunduk kepada perintah Paus di Roma.

Baru pada masa Paus Honorius III (1216-1227), pengganti Paus Innocent III, pihak Roma berhasil membangun angkatan perang Salib yang dipimpin oleh Raja Andrew II (1205-1235) dari Hungaria. Mereka berangkat menuju pesisir Levantine.

Dalam pertempuran di bandar Sindon dan Tyre, Acre, Tripolis, pasukan Salib menderita kekalahan besar melawan kaum muslimin yang dipimpin Al-Adil. Akhirnya, Raja Andrew III bersama sisa pasukannya kembali ke Hungaria, menjelang penghujung 1217.

Nafsu berperang Paus Honorius III serasa tidak pernah padam. Dia memprovokasi Raja Philip II (1180-1223) dari Prancis untuk juga ikut serta dalam Perang Salib V. Raja Philip terpengaruh, dan mengutus Jean de Brienne, Count of Champaigne, untuk memimpin Perang Salib V berikutnya.

Pada tahun 1218, pasukan Salib melakukan serangan lagi di bawah pimpinan Jean de Brienne dalam rangka menaklukan Mesir. Awalnya mereka berhasil menaklukkan Dimyat, dan melanjutkan serangan ke Kairo, Pada saat yang bersamaan, Al-Adil Saifuddin wafat dan digantikan putranya, Al-Kamil (1218-1237). Sultan yang baru ini lebih menitikberatkan perhatiannya untuk mempertahankan kota Manshuria, yang juga diserang pasukan Salib. Namun ketika dilihatnya pasukan Salib begitu besar, ia meminta diadakan genjatan senjata. Dengan ketentuan, ia rela menyerahkan Baitul Maqdis jika pasukan Salib bersedia menyerahkan Dimyat.

Pasukan Salib yang merasa sudah di atas angin, menolak permintaan Sultan Al-Kamil,bahkan mereka lebih berkobar semangatnya untuk secepatnya menaklukan Mesir. Namun Allah SWT menolong hamba-hamba-Nya. Dalam perjalanan ke Mesir, pasukan Salib tersesat di daerah delta Sungai Nil. Perang terbuka baru terjadi di kota Manshuria, ketika itu Al-Kamil sudah bertambah kuat dengan bantuan kaum Muslimin dari berbagai wilayah.

Pertolongan Allah datang lagi, ketika itu Sungai Nil meluap, sehingga membanjiri hampir seluruh Mesir dan mengacaukan pasukan Salib, yang terjebak banjir. Dalam kesibukan menghindari banjir, mereka mendapatkan serangan bertubi-tubi dari kaum muslimin, yang lebih menguasai kawasan Mesir. Pasukan Salib kalang kabut, mundur, dan akhirnya bersedia menerima tawaran genjatan senjata.

Pasukan Salib meminta perjanjian damai selama delapan tahun, dan bersedia menyerahkan bandar Dimyat kepada kaum muslimin. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1221. Setelah itu kaum Salib mengundurkan diri kePulau Cyprus.

Pendorong Lahirnya Renaisans

Angkatan perang Salib V yang pertama (1217-1221) sebetulnya dipimpin oleh Kaisar Fredrick II. Namun kaisar ini menolak, sebab dia melihat kaum muslimin lebih maju dalam kebudayaan dan peradaban. Karna itulah, ketika di Palermo. sang kaisar memerintahkan orang Yahudi dan pelarian Arab untuk menerjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan bangsa Arab kedalam bahasa Latin. Pengaruh Arab dalam masyarakat Barat inilah yang kemudian mendorong lahirnya Renaisans di Eropa. Prakarsa ini tidak disetujui oleh Paus Innocent III. Inilah yang melatar belakangi konflik antara kaisar dan paus.

Namun akhirnya Kaisar Fredrick II menyesal dan ingin menebus kesalahannya, dia bersedia memimpin angkatan kedua Perang Salib V untuk membebaskan Baitul Maqdis pada tahun 1227. Kaisar telah dinikahkan dengan Yolende, putri Ratu Sybilla dengan Jean de Brienne (penguasa Yerusalem). Dengan begitu dia berhak atas gelar raja yerusalem.

Namun dalam perjalanan dia jatuh sakit, hingga dia memerintahkan armadanya pulang ke sisillia. Tindakan ini dikutuk habis-habisan oleh Paus Gregory IX.

Pada pertengahan 1228, Fredrick II berangkat lagi memimpin angkatan Salib. Serangan di arahkan ke Mesir, dan berhasil menguasai bandar Dimyat. Selanjutnya masuk kepedalaman Mesir lewat Sungai Nil. Pada waktu itu, di Emirat Al-Ayyubiyah terjadi konflik politik di dalam negri, karena itulah, Sultan Al-Kamil meminta perjanjian damai dengan Fredrick II selama 10 tahun. Dia bersedia menyerahkan Yerusalem kepada kaum Salib, dengan imbalan Fredrick II bersedia membantu Sultan Kamil untuk merebut Damaskus dan Siria Selatan dari tangan saudara sepupunya. Al-Aziz Khairuddin, Selain itu, Fredrick II juga bersedia menyerahkan bandar Dimyat.

Setelah perjanjian disepakati, Fredrick II merasa mendapat kemenangan besar, yaitu berhasil menguasai Yerusalem (Baitul Maqdis), maka segera lah dia menuju ke kota suci itu. Namun tidak dinyana, kedatangan ke Baitul Maqdis tidak disukai kaum nasrani di situ. Pasalnya, kaum Nasrani di sana dilarang Paus Gregory IX untuk tunduk kepada Fredrick II, sebab dia disebut anak durhaka kepada Gereja. Sambutan sebaliknya justru dia terima, pasukan Nasrani menyerang kedudukan pusat pasukan Fredrick II di Sisillia.

Karena Khawatir terhadap sikap negaratif kaum Nasrani di Yerusalem akan mengancal keselamatannya, akhirnya Fredrick II memutuskan pulang ke Jerman. Dia lebih memilih memulihkan kekuasaannya di Sisillia dari pada menguasai Yerusalem. Dan berakhirlah Perang Salib V.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment