Adab Bertamu Dan Mengucap Salam


Agama kita dibangun di atas fondasi adab. Berkat nilai-nilai keluhuran etika yang diajarkannya, agama ini menjadi pusat perhatian dan ketertarikan manusia. Salah satunya adalah ajaran adab bertamu dan bertutur sapa. Rasulullah SAW, yang memiliki akhlak yang luar biasa, mengajarkan kepada kita hal tersebut.


Untuk mengawalinya, berikut kita telaah sejumlah ayat.

يآ أيّها الَذين آمنوا لا تدخلوا بيوتا غير بيوتكم حتّى تستأنسوا وتسلّموا على أهلها

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum minta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS An-Nur:27).

Inilah adab syar'iyah yang diajarkan Allah Ta'ala kepada orang-orang yang beriman, yakni adab meminta izin untuk masuk rumah yang bukan rumah mereka dengan cara sopan santun dan mengucap salam. Seyogianya ia meminta izin dengan mengucap salam sebanyak tiga kali. Jika diizinkan, ia boleh masuk ke rumah itu. Jika tidak, hendaklah iya berlalu pergi meninggalkan rumah yang ditujunya itu.

Diriwayatkan dalam sebuah hadists shahih  bahwasanya Abu Musa Al-Asy'ari RA meminta izin kepada saidina Umar RA, si pemilik rumah, hingga tiga kali, namun tidak ada jawaban dari penghuni rumah itu. Lalu Abu Musa meninggalkannya. Beberapa waktu kemudian Umar RA berkata kepada keluarganya, "Aku tidak mendengar Abdullah bin Qays (yakni Abu Musa) minta izin, izinkanlah ia sekarang." Maka keluarganya membuka pintu untuk menghampiri Abu Musa. Sayangnya Abu Musa telah pergi.

Keesokan harinya, Umar bertemu Abu Musa. Umar berkata kepadanya, "Hai Abu Musa, mengapa engkau kemarin pulang?"

Abu Musa berkata, "Aku telah mengucap salam tiga kali, tapi tidak ada balasan. Makanya aku balik pergi. Dan aku ingat perkataan Rasulullah SAW, 'Jika engkau minta izin masuk ke rumah seseorang tiga kali tanpa jawaban, pergilah engkau'."

فإذا دخلتم بيوتا فسلّموا على أنفسكم تحيّة من عند الله مباركة طيّبة

"Maka, apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah. hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti kamu memberi salam kepada) dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik." (QS An-Nur: 61).

Tentang ayat ini Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ziyad dari Ibnu Thawus, ia berkata, "Jika engkau masuk ke rumahmu, hendaklah mengucap salam kepada keluargamu." 

Ibnu Juraij bertanya kepada Atha' bin Abi Rabbah, "Apakah wajib mengucapkan salam jika keluar rumah sebentar lalu masuk kembali?"

Atha' menjawab, "Tidak, tidak aku maksudkan itu sebagai kewajiban, namun hal itu termasuk hal yang aku sukai untuk aku lakukan dan tak pernah aku tinggalkan kecuali saat aku lupa."

Muhammad bin Ishaq berkata bahwa sampai kepadanya riwayat dari Daud bin Al-Hushain yang meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Tidaklah aku mengambil faidah dari bacaan tasyahud (syahadat pada tahiyat) kecuali dari Kitabullah yang aku dengar firman Allah yang artinya, 'Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah, hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam kepada) dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik.' (QS An-Nur: 61).

Maka shighah tasyahud dalam shalat, 'at-tahiyyatul mubarakatush shalawatut thayyibatu lillah, asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh, assalamu 'alayka ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamu 'alayna wa 'ala 'ibadillahish-shalihin', kemudian sesungguhnya doanya ini dan salamnya ini untuk dirinya sendiri."

وإذا حيَيتم بتحيّة فحيّوا بأحسن منها أو ردّوها

"ِِApakah kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)." (QS An-Nisa': 86).

Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang panjang bahwasanya Rasulullah SAW bersabda tentang tafsir ayat ini, "Maka kami (yakni Allah) akan membalas jawaban salam itu kepadamu." Berdasarkan ayat ini, tidak ada tambahan yang lebih sempurna dari pada shigah salam seperti ini: Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Andai disyari'atkan lebih banyak dari itu, niscaya Rasulullah SAW akan menambahkannya.

Imam Ahmad berkata, "Telas sampai kepada kami dari riwayat Muhammad bin Katsir, saudara Sulaiman bin Katsir dari Ja'far bin Sulaiman dari Auf bin Abi Raja' Al-'Atharidi dari Imran bin Hushain bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu berkata, 'Assalamu 'alaika ya Rasulallah'.

Lalu Rasulallah SAW menjawab salamnya  dan laki-laki itu duduk. Beliau berkata, 'Sepuluh.'

Kemudian datang laki-laki lainnya kepada beliau dan berkata, 'Assalamu 'alaikum wa rahmatullah.'

Lalu Rasulullah SAW membalas salamnya dan ia duduk. Lalu Rasulullah SAW berkata, 'Dua puluh.'


Kemudian datang laki-laki lainnya dan mengucap salam, 'Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.'

Rasulullah SAW menjawab salamnya lalu dia duduk. Lalu Rasulullah berkata, 'Tiga puluh.'

Demikianlah hadits ini diriwayatkan Abu Dawud dan di-tahrij (dikeluarkan jalur sanadnya) oleh At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Al-Bazzar.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad yang panjang dari Ibnu Abbas, "Siapa yang menyapamu dari kalangan makhluk Allah, jawablah salamnya, meskipun ia seorang majusi (penyembah api). Hal itu karena Allah berfirman, 'Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya'."

Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Mengucap salam itu Tathawwu' (Sunnah). sedangkan menjawab itu wajib."

هل أتاك حديث ضيف إبراهيم المكرمين إذ دخلوا عليه فقالوا سلام قال سلام

"Sudahkan sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ketempatnya lalu mengucap, 'salaam.' Ibrahim menjawab, 'Salaam'." (QS Adz-Dzariyat: 24-25).

Kisah tetamu Nabiyyuna Ibrahim AS ini juga dikisahkan dalam surah Hud dan surah Al-Hijr. Tetamu yang di maksud dalam ayat di atas adalah para malaikat yang mulia,yakni Jibril, Mikail, dan Israfil, yang menyerupakan dirinya dalam bentuk seorang pemuda yang berwajah rupawan dan berperangai baik. Imam Ahmad bin Hanbal dan segolongan ulama berpendapat wajibnya bertamu kepada penduduk suatu negeri saat berkunjung ke negeri tersebut. Dan pandangan yang lazim berdasarkan zhahirnya ayar ini adalah bahwa hukumnya sunnah saja.

Mengucap salam itu perbuatan yang utama, tetapi menjawab salam itu lebih utama, karena kewajiban menjawab salam. Karena itu, Nabi Ibrahim AS memilih perbuatan yang paling utama, yakni menjawab salam para tamu yang mulia itu.

Adapun hadits-hadits yang mengetengahkan keutamaan mengucap salam ini adalah sebagai berikut:

وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما  أنّ رجلا سأل رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: أي الإسلام خير؟ قال: تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف

"Dari Abdullah bin Amar bin Al-'Ash RA bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Islam yang bagaimana yang baik itu?'
Rasulullah SAW menjawab, 'Memberi makan dan mengucap salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal'." (Muttafaq 'Alaih).

Syarah Hadits

Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam bab Iman bagian Memberi makan dalam (pandangan) Islam dan bab Meminta Izin bagian Mengucap salam bagi yang Dikenal dan tidak Dikenal. Sedangkan Muslim meriwayatkannya dalam bab Iman bagian Penjelasan keutamaan-keutamaan Islam dan mama yang paling Utama di Antara Masalahnya.

Memberi makan adalah perkara yang Mustahabbah (sangat dianjurkan). Karena dengan begitu mempertautkan hati satu sama lain, menambah kecintaan, dan menunjukkan kedermawaan diri seseorang. Begitupun mengucap salam, termasuk perbuatan yang mustahabbah, baik kepada orang yang dikenal maupun tidak. Mengucap salam ini merupakan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) bagi pribadi seseorang, dan sunnah kifayah (kolektif) bagi sekelompok orang. Adapun hukum memjawab salam adalah wajib kifayah bagi sekelompok orang dan wajib 'aini (kewajiban individual) bagi seseorang.

Mengucap salam itu lebih utama daripada menjawabnya. Dan khususnya afdhalnya itu dengan mengadakan dzikir bersama (yakni banyak mengucap salam padanya) dengan memberi makan, karena dengan yang demikian itu menjadi prantara kasih sayang di antara kaum muslimin.

Ucapan salam yang diajarkan islam itu kedudukannya tidak bisa digantikan lafaznya dengan lafaz lain, seperti "Selamat pagi", "Selamat siang", "Selamat malam", atau yang selainnya.

عن ابي هريرة رضي الله عنه عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قال: لمّا خلق الله تعالى آدم عليه والسّلأم قال: إذهب فسلِّمْ على أولئك, نفر من الملائكة جلوس فاستمع ما يحيّونك, ذرّيّتك. قال: السلام عليكم, فقالوا: السلام عليك ورحمة الله, فزادوه: ورحمة الله

"Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tatkala Allah menciptakan Adam AS, Dia berkata, 'pergilah engkau menemui mereka (sekelompok malaikat yang sedang duduk)  dan dengarkanlah kalimat penghormatan mereka kepadamu, karena itu adalah ucapan penghormatanmu dan anak keturunanmu.'
Lalu Nabi Adam AS mengucap, 'Assalamu 'alaukum.'
Maka para malaikat menjawab' 'Assalamu 'alaikum wa rahmatullah.' Jadi mereka menambahkan kata-kata, 'Wa rahmatullah'." (Muttafaq 'Alaih)

Syarah Hadits

Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam bab Para Nabi dan bab Minta Izin bagian Memulai Izin. Sedangkan Muslim Meriwayatkannya dalam bab Sifat Surga bagian Masuk Surganya Suatu Kaum yang Hati Mereka Bagaikan Hati Burung.

Ucapan penghormatan yang disyari'atkan Allah adalah ucapan Assalamu 'alaikum, yang ucapan ini satu-satunya ucapan penghormatan yang telah disyari'atkan sejak penciptaan Nabi Adam AS bagi seluruh agama. Namun didalam hadits ini disyari'atkan menambahkan kalimat dalam menjawab salam tersebut kepada orang yang memulai ucapan itu.

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment